followers

Selasa, 21 Juni 2011

Kisahku.........

ini kali pertama aku menulis pada blog ku sendiri.  tempat yang bagiku lebih pantas untuk mencurahkan semua yang aku rasakan.  hari ini kesekian kalinya aku harus merasakan ketidak nyamanan. Lingkungan dimana aku menjalani hidup seperti orang hina. cibiran segelintir orang yang amat sangat menusuk perasaanku. saat seperti ini, aku selalu teringat mama. mama yang bawel pada anak-anaknya, yang keras kepala, kadang sedikit egois. tapi mama lah orang pertama yang selalu membelaku. Bagiku...Mama adalah orang yang paling tegar, wanita yang kuat, wanita yang mandiri.  Walaupun aku sering bertengkar, berselisih kata atau pendapat dengannya....Mama tetap orang no. 1 dihatiku.

Mama bukan seperti lain yang perhatian pada anak-anaknya.  Mama cuek, terlihat tidak care, suka marah-marah...tapi jauh dilubuk Hatinya, Aku tau bahwa mama amat sangat sayang pada anak-anaknya.  Mama begitu spesial dihatiku. ia tidak sempurna tapi ia adalah ibunda terbaikku. Alasan ini yang membuat aku benci jika ada orang yang menyakiti hatinya.

Ini berawal saat aku memutuskan untuk mengikuti tes penerimaan calon pegawai negeri sipil di kampungku. kampung dimana ibunda mamaku (nenek) tinggal. keputusan nekat ini ku ambil. kurelakan pekerjaanku. Dengan modal keyakinan dan restu mama papa, aku jalankan niat ini.  ku kirimkan berkas lengkap untuk mengikuti tes itu. Dua minggu kemudian aku resign dan dua hari sebelum tes penerimaan itu, aku berangkat menuju kampung. disinilah aku bertemu mama.  Mama sengaja pulang kampung untuk menemaniku.

Saat-saat tes pun ku lalui. Tinggal berdoa dan menunggu hasil tesnya......

(bersambung................) 


Minggu, 19 Juni 2011

Curhat (1)

Maaf bila aku tidak sempurna...
Maaf bila aku menyakitimu..
Maafkan semua hal yang tidak sengaja aku lakukan....
Tiada niat menyakitimu..
Tiada niat mengkhianatimu...
Sekali lagi maafkan aku...
Mungkin kini ku terlihat berbeda...
Mungkin kini kau rasa tak sama...
Ini ku sengaja...
Belajar membuka hati untuk semua...
Bukan ingin mengkhianatimu...
Ku hanya ingin lebih terbuka...
Agar kelak kita bisa saling menerima...
Dan terus belajar menyadari..
Semua terjadi atas kuasa-NYA...
Namun yang harus kau tahu...
Aku masih mencintaimu..
Masih menyayangimu...
Tak berniat untuk jauh darimu...

Minggu, 20 Februari 2011

MAMPUHKAH KITA MENCINTAI ISTRI KITA TANPA SYARAT????

Terlampir kisah nyata yang bagus sekali untuk contoh kita semua yang
saya dapat dari millis sebelah (kisah ini pernah ditayangkan di MetroTV)
Semoga kita dapat mengambil pelajaran.

Ini cerita Nyata, beliau adalah Bp. Eko Pratomo Suyatno, Direktur Fortis
Asset Management yg sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan
Investment, beliau juga sangat sukses dlm memajukan industri Reksadana
diIndonesia.
Apa yg diutarakan beliau adalah Sangat Benar sekali.
Silahkan baca dan dihayati.*

Sebuah perenungan, Buat para suami baca ya….. istri & calon istri
Juga boleh…

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi,usia yg
sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun
kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga
sudah tua.Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak
disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat
tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2
tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa
tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran menyuapi dan
mengangkat istrinya keatas tempat tidur.

Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya
tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu
melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak
begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi
istrinya makan siang.

Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas
maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2
saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak
bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu
menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno
lebih kurang 25 tahun,dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil
membesarkan ke 4 buah hati mereka,sekarang anak2 mereka sudah dewasa
tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari…ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua
mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah
tinggal dengan keluarga masing2 dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yg
merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.

Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata “Pak kami ingin
sekali merawat ibu semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak
ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak…….
bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu” .Dengan air mata berlinang
anak itu melanjutkan kata2″sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan
bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak
menikmati masa tua bapak,dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega
melihat bapak,kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.

Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2nya.”Anak2ku
……….. Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu,
mungkin bapak akan menikah….. tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian
disampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian..
sejenak kerongkongannya tersekat,… kalian yg selalu kurindukan hadir
didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan
apapun. Coba kalian Tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya
seperti Ini?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa
bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak
yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan
ibumu yg masih sakit.”Sejenak meledaklah tangis anak2 pak suyatno
merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata ibu
Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu..

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV
swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada
Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah
tidak bisa apa2..disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg
hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru
disitulah Pak Suyatno bercerita.”Jika manusia didunia ini mengagungkan
sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi(memberi
waktu, tenaga, pikiran, perhatian) adalah kesia-siaan.

Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya,dan sewaktu dia
sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan
bathinnya bukan dengan mata,dan dia memberi saya 4 orang anak yg
lucu2..Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama…
dan itu merupakan ujian bagi saya,apakah saya dapat memegang komitmen untuk
mencintainya apa adanya.Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya
apalagi dia sakit,,,”
(http://eko-mudamandiri.blogspot.com/2010/03/mampuhkah-kita-mencintai-istri-kita.html)

Selasa, 15 Februari 2011

keluarga kecil..

Sejenak tertegun saat melihat wajahnya…
Pikiran kemudian menelangsa jauh…
Pada sebuah keluarga kecil yang bahagia..
Sepasang sejoli dengan mesrah berbagi suka maupun duka…
Tiada kebohongan dan kemunafikkan disana..
Begitu harmonis…
Nuansa religi jua tak luput di dalamnya..
Yah…pria itu benar-benar imam yang baik untuk keluarga kecil itu..
Senyum bahagia senantiasa melukis kanvas kehidupan mereka…
Ditambah tawa seorang putrid kecil bernama “KEISHA”
Mulutnya yang mungil dengan kata-kata bijak yang selalu bertanya apapun yang ia lihat..
“mi..mi…ini apa mi…???”
“itu apa pi…???”
Tingkahnya begitu menggemasakan..
Membuat setiap orang ingin mencium pipi gembulnya…
Keisha kecil yang lucu…
Dengan tubuhnya yang montok..
Berlari-lari mengitari kedua orangtuanya..
Hhmmm…
Bahagianya berada dalam keluarga kecil ini…

Bahagia itu…

Sinar mentari menyambut indah pagi ini..
Masih terasa dekapan hangat kekasih hatiku..
Dekapan hangat yang sepanjang malam membawa damai lelapku..
Tak ingin beranjak darinya..
Kupandangi wajahnya yang masih terlelap..
Membelainya dan berbisik ..”bangun sayang…”
Ia geliatkan seluruh tubuhnya kemudian…
Samar-samar menatap mentari yang cerah ketika itu…
“slamat pagi…sayang…I Love U..”
Kalimat itu yang senantiasa kudengar saat ia terjaga..
Masih tak ingin beranjak dari dekapannya…
Hingga ku sadar…
Disisi lainku…putri kecil mulai membuka matanya…
Ia tersenyum padaku…sedikit geliat kecik tubuh mungilnya…
Perlahan tangannya mulai menyentuhku…
Ooo….malaikat kecilku kembali menguap…
Tingkahnya membuatku tersenyum…
“sayang…anak mimi sudah bangun yah…??”
Lagi-lagi ia tersenyum padaku…
Tatapan bersihnya menyejukkan jiwaku..
Senyumnya menghapus semua lelah..
Ku semakin tak ingin beranjak dari keduanya…
Dekapan hangat…
Serta senyuman malaikat kecilku…
Membuatku tak ingin melepas momen itu…

ia membawaku pada asa kini

Siapapun dia…
Pernah menjadi bagian dari kisah hidupku…
Tak pernah menyalahkan apa yang telah ia lakukan padaku…
Aku justru berterima kasih…
Karnanya aku tau bahwa cinta itu ada dan untuk siapapun…
Aku tak pernah marah…
Semua telah ku maafkan…
Semua telah ku ikhlaskan…
Darinya ku belajar memiliki..
Darinya ku belajar berkorban…
Darinya juga ku belajar segalanya….
Terima kasih untuk semua…

Kini aku bisa mencintai apa yang telah kumiliki saat ini..
Bersama milikku kini..ku harap bahagia..
Tiada lagi sandiwara…
Tiada lagi kemunafikan…
Hadirnya dulu tetap ada dalam kenangku…
Tapi hadirmu kini adalah asa dan harapanku….(20 mar’10)

kisah bodoh

Banyak cerita yang telah terlewati…
Sedih…suka…semua ada…
Bahkan kisah yang tak pernah dirasakan orang lainpun ada…
Kisah yang membuatku marah tapi tersenyum…
Sedih tapi bahagia…
Bahkan terkadang masih tak habis pikir olehku…
Semua kisah itu ternyata diluar dugaanku
Panjang perjalanan yang telah ku lalui…
Tak ada sesal sedikitpun…
Sejenak ingin ku menertawakan kebodohanku dulu…
Betapa bodohnya, hingga semua itu terjadi padaku..
Manusia polospun mungkin lebih beruntung…
Kisah itu benar-benar menggelitik…
Membuatku tertawa lepas atas semua yang telah terjadi dalam hidupku…
Aahh…..sudahlah…
Semua telah usai….
Biar semua menjadi kenangan yang akan ku ceritakan pada generasi-generasiku nanti..

Ternyata Ini Kisah Siti Nurbaya

Ternyata ini adalah kisah “Siti Nurbaya”
Tapi bukan wanita yang menjadi Sitinya..
Kisah yang membuatku tersenyum sedih..
Kisah yang membuatku tak berkata lagi…
Dalam kisah ini ada perjodohan…
Sama seperti Siti Nurbaya….
Tapi lagi-lagi bukan Wanita yang menjadi Sitinya..
Apa yang mampu dilakukan oleh anak pada orangtuanya, selain mewujudkan kemauan dan harapan orangtuanya..
Apapun akan ia korbankan..
Walaupun itu menghancurkan kehidupannya…
Ini adalah kisah cinta seorang anak pada orangtuanya…
Ia korbankan segalanya….
Termasuk cinta dan cita-citanya….
Mereka tak percaya pada cinta wanita itu…
Tak jua percaya bahwa cinta itu tulus untuk putranya…
Tiada yang wanita itu harapkan...
Kecuali memberi kebahagiaan…
Begitu naifkah..????
Tak adakah kesempatan yang sedikit itu…
Yah…wanita itu tak punya apa-apa..
Hanya cinta, ketulusan dan keikhlasan
Yang ia punya….
Tapi itu percuma…
Tak satupun yang dapat percaya…
Hanya DIA yang Maha Mengetahui
Apa yang ada di dalam hatinya…
DIA yang melihat apa yang telah dilakukannya…
DIA juga yang mendengar doa-doanya..
Wanita itu hanya bisa pasrah…
Hanya mampu ikhlas menghadapi semua…
Namun tak kan pernah ia berhenti bersujud..
memohon..
Bahwa keajaiban itu ada…
Kuasa-NYA pasti kan datang…
Keadilannya pasti akan DIA buktikan…
Wanita ini percaya itu karna ALLAH tak pernah tidur..
Juga tidak tuli..
Jua tak buta…
Waktu yang akan membuktikan betapa besar ALLAH mencintai dirinya…
Karena cobaan terberat itu, DIA beri pada umat yang menjadi kekasihnya…..
By: Agnes ( 14 Mar’10)

Seperti Inikah Jalanku…

Seperti kisah Siti Nurbaya…
Tapi……
Ini tak serupa….
Tak ada yang di jodohkan dalam kisah ini….
Hanya sebuah kisah cinta yang tak berujung….
Ntah apa sebutan yang pantas untuk itu.
Ada cinta…
Ada perjuangan…..
Ada tangis…
Kisah ini menjadi rumit…bahkan kini sangat rumit…
Tiga setengah tahun sudah ku jalani cerita cinta ini….
Namun apa yang terjadi kini…
Cintaku semakin dibuat jauh…
Ini bukan karena ia atau aku yang tak lagi cinta…
Tapi ini karna orangtua dan keluarganya yang belum dapat menerimaku…
Semua menjadi semakin abu-abu…
Aku semakin tak tau harus melangkah kemana…
Hahahahaaaaaa….
Seperti kisah cinta sepasang remaja…
Yang belum saatnya menjalin hubungan…
Yang masih diragukan akal dan pikiran…
Tapi…ini aku….
Aku yang telah berumur 24 tahun…
Aku yang telah berpikir untuk membangun sebuah rumah tangga…
Mengapa begini… ya…Allah…
mengapa persoalan cinta ini begitu rumit…
aku hanya ingin keluarganya bisa menerimaku…
membuka hati untukku….
Memahami betapa aku mencintai anaknya…
Hanya itu …yaaa..Allah…
Hanya itu….
Begitu naifkah permohonanku….
Begitu hinakah aku…
Engkau biarkan aku kini dalam ketidak tahuan…
Ketidak pastian….
Aku bukan anak kecil lagi…ya…Allah…
Aku ingin menjalani hidup dengan pasanganku…
Begitu juga dengan dirinya….
Apa yang ada dipikiran orangtuanya…
Dengan tega dan paksa memisahkan dia dari hidupku…
Sekali lagi…kami bukan anak kecil…
Beri kami kepercayaan….
Beri kami kebebasan untuk menentukan jalan kami…
Tidakkah kalian kasihan….
Tidakkah kalian berfikir….
Materi dan semua yang kalian beri tak kan pernah mendewasakan kami..
Itu malah jadi kekang…
Menjadi jerat bagi leher kami…
Hingga tak mampu berbuat apapun…
Selain berada dibawah ketiak kalian….

By: Agnes ( 18 feb’10)

Makna Sebuah Senyuman

“Kei…temenin tante ke pasar yuk…” ajak tante Novi, adik ketiga dari ibu Keyla. Keyla pun menerima ajakkan itu. “Dari pada nggak ada kerjaan pikir mending ikut tante ke pasar deh…lumayan…itung-itung cuci mata..” pikir Keisha sambil tersenyum. Keduanya pun berangkat menuju pasar.

Sesampainya disana Keyla memarkirkan motornya di depan pertokoan. Sengaja motor itu mereka parkirkan, agar lebih leluasa mengelilingi pasar. Hari itu pasar begitu padat, maklum besok kan mau idul adha. Cuaca juga terik.

Satu jam sudah Keyla dan tante Novi belanja dan mengelilingi pasar. “eh..iya kei…mama tadi titip buah kan..??? kita cari buah di los seberang yuk” ucap tante Novi sambil melihat-lihat kembali semua belanjaan yang dibelinya tadi.. keduanya akhirnya memutuskan untuk menyeberang. Tapi jalan begitu padat. Mobil-mobil dan kendaraan bermotor lainnya saling berdesakan ingin cepat keluar dari jalan ini, pengunjung pasar yang berjalan kaki jadi sulit menyeberang. Tante novi keliatan bingung mau nyeberang dari mana. Keisha mengikutinya dari belakang. Bolak-balik tante Novi mencari celah supaya dapat menyeberang jalan. Ia kelihatan bingung..”Duh…gimana nih kei..” ucapnya kebingungan. “tante…kalo mau nyeberang tuh yah..jangan sambil cemberut…coba deh senyum…pasti entar dikasih jalan..” saran Keyla pada tante Novi. “masa’ sih kei..” balas tante. ”ih..tante..nggak percaya nih…coba aja deh” Keyla kembali menyarankan tantenya. Mengayukan tangan sambil tersenyum keduanya pun menyeberangi jalan. Tak disangka, mobil yang tadinya ingin melaju tiba-tiba berhenti memberi jalan kepada mereka berdua. “iya ya kei..bener kata kamu…” kata tante Novi sambil terus tersenyum…

LIONA KINI... (part 1)

Kini Liona tak tau, mengapa semua jadi seperi ini….
=========
“dua minggu lagi, saya harap semua outline sudah ada dimeja saya” ucap dosen sekaligus kepala jurusan menegaskan kembali kewajiban akhir yang harus dipenuhi semua mahasiswa.
“eh..yo…gimana..dah punya rencana mo nulis apa??” bisik Feby yang kini menjadi teman terdekat Liona. “by..masih bingung yo…nggak tau mo nulis apa…. mmmm…menurut kamu enaknya nulis tentang apa yah ?” tanya feby kembali.
Sambil melangkah keluar ruangan Liona menjawabnya “aku sih kayaknya melanjutkan topik yang dulu aja…masih ada beberapa topik lagi sih yang kayaknya bagus untuk di teliti. Tapi aku nggak tau kamu suka apa nggak…”
“eh…kita duduk disini dulu yuk…” ajak liona sembari duduk di teras dekat parkiran kampus. “emang tentang apa yo..?” feby kembali bertanya. “temen-temen yang lain kan sudah banyak yang membahas tentang komunikasi interpersonal, politik dan pemasaran… nah…aku punya satu topik yang menurutku cukup bagus utk dibahas..itu loh tentang etnis tionghoa…gimana kalo kamu membahas tentang itu aja..???” jelas liona
Diskusi terus berjalan…
Tak terasa sindrom lapar melanda keduanya. “kok aku laper ya by…maem soto yuk…” ajak liona.
Keduanyapun melangkahkan kaki menuju kantin depan kampus. Dan seperti biasa liona dengan gayanya yang bawel mulai memesan soto favoritnya. Pesanan datang, keduanya pun menikmati.
Setelah selesai makan keduanya kembali menuju kampus dan bersiap-siap pulang. Seperti biasa dengan bebek kesayangannya liona mengantarkan feby hingga depan pusat perbelanjaan. Sesampainya di tempat itu keduanya berpisah…
=========
Hari-hari terus berjalan. Liona sibuk dengan outline yang kejar tayang itu. Tak hanya sibuk dengan outlinenya. Liona juga disibukkan dengan beberapa pesanan teman-teman yang tak sempat mengerjakan outline-outline mereka. Tiga hari liona terpaksa begadang mengerjakan tugas-tugas tersebut. itu sudah menjadi kebiasaan liona. Mencari tambahan uang saku dari mengerjakan tugas-tugas temannya. Maklumlah kampusnya tempat berkumpul orang-orang yang telah bekerja. Jadi banyak dari meraka yang tidak sempat mengerjakan tugasnya. Walaupun demikian liona menikmati pekerjaan itu.
Akhir pekanpun datang, waktunya liona kembali menuju kampus. Yah, liona adalah mahasiswi ekstensi disalah satu universitas swasta jurusan ilmu komunikasi, karena itu jadwal kuliahnya hanya sabtu dan minggu.
Hari ini semua mahasiswa sibuk mengumpulkan outline. Outline-outline ini yang akan diseleksi mana yang pantas untuk dilanjutkan. Dan Alhamdulillah…outline liona lolos. Namanya tertera dalam daftar mahasiswa yang akan menyusun skripsi pada semester itu.
Daftar itu tertempel jelas di papan pengumunan jurusan. Yah..namanya ada pada urutan kesembilan. Membaca pengumun itu, lionapun bergegas masuk ke dalam ruangan kajur utk mengambil kembali outlinenya.
“eh…mbak liona..” sapa kajur yang sekaligus dosennya. Sapaan itu biasa diucapkan kajur pada semua mahasiswinya. Maklumlah ia berdarah jawa, umurnya juga masih muda.
“ini loh mbak outlinenya. Dilanjutkan sesuai dengan buku panduan yah…kalo ada yang tidak di mengerti..temui atau hubungi saya saja yah” jelas kajur pada liona. “saya tunggu seminggu lagi yah. Kalo sudah selasai kumpulkan pada saya dulu. Ntar saya koreksi, tiga hari lagi lia pengumuman siapa aja dosen pembimbing masing-masing mahasiswa yah…oh ya… jangan lupa kasih tau temen-temen yang lain untuk menemui saya hari ini..oke…” liona menganggung-angguk menanggapi setiap ucapan kajurnya. “baik bu…yo permisi dulu yah…makasih ya bu…” ujar liona sambil tersenyum.
Senang dan optimis menyelimuti liona sekeluar dari ruangan kajur. Akhirnya topik itu dilanjutkan menjadi sebuah proposal penelitian. Oh…yah….saat itu liona hendak meneliti mengenai hubungan interpersonal guru yang mampu meningkatkan minat belajar siswa. Entah mengapa liona memilih topik itu. Yang jelas saat memilih topik tersebut liona sedang tertarik-tertariknya akan dunia pendidikan. Sementara itu yang akan menjadi objek yang akan diteliti liona adalah sekolah menengah pertama dimana liona dulu bersekolah. Ada banyak pertimbangan yang membuat lionan memutuskan untuk melakukan penelitian disana.
Penulisan proposal terus berjalan. Semua administrasi telah diselesaikan, dan tentunya liona telah mengkonfirmasi pihak sekolah. Semua berjalan lancar dan tiada hambatan. Proposal siap disidangkan. Dan……bravo…!!! Liona sukses menjalani sidang.
“huufffttt…. akhirnya…… tahap pertama lancar, go... go... go... liona… lanjutkan perjuangan… !!!!” ucap liona dalam hati dengan begitu optimisnya.
=========
Hari pertama liona melakukan penelitian. Semua angket yang telah ia persiapkan akan ia bagikan. Ia juga bersiap-siap berangkat. “Tapi……gimana yah enaknya…” Tanya dalam benaknya. Liona sedikit bingung bagaimana cara membagikan angket itu, ia tak ingin siswa dan guru terganggu dengan kedatangannya. Sejenak ia berpikir. Dan….. “okey...lets go liona..good luck” semangatnya dalam hati.
Sesampainya di sekolah liona bergegas menemui kepala sekolah untuk memberi konfirmasi bahwa mulai hari ini ia akan mulai penelitian itu. Kepala sekolah yang sama saat liona menjalani pendidikan disana. Karena itulah liona cukup dekat dan akrab dengan sekolah itu.
Usai berbincang dengan kepala sekolah, liona disarankan untuk menemui bapak wizam. Ia yang akan membantu liona dalam penelitian ini. Pak wizam adalah guru yang mengajar olahraga dan juga wakil kepala sekolah bidang kesiswaan disekolah itu. Liona juga sudah menganggap pak wizam seperti ayahnya sendiri.
Pak wizam mengantarkan liona menemui Pembina OSIS. Saat itu Pembina OSIS adalah ibu Khairunisa. Liona pun menjelaskan semua maksud dan tujuan kedatangannya. “gimana kalo angket untuk para guru yo titip sama ibu. Biar nanti ibu saja yang membagikannya. Satu minggu lagi yo ambil ya bu…” jelas liona pada bu nisa. “ooh..ya bu..yo juga mau menyebarkan angket ini ke beberapa siswa. Yo bisa minta bantu siapa ya bu..??” Tanya liona.
“nah..kalo untuk siswa liona biasa di bantu ketua osis atau sekretarisnya..sebentar ibu panggilkan orangnya yah..” kata bu nisa.
Liona pun bertemu dengan keduanya. Berhubung sekretaris osis saat itu adalah wanita sebut saja namanya “putri”, Liona pun mempercayakan angket tersebut kepadanya. Sedikit perbincangan terjadi antara mereka berdua. Liona bertanya-tanya tentang keadaan sekolah saat itu. Juga kegiatan-kegiatan yang sering mereka lakukan di sekolah. Putri juga memberikan penjelasan yang cukup detail. Bahkan ia menawarkan pada Liona untuk melihat-lihat kegiatan yang akan ia ikuti selepas pelajaran nanti.
Liona cukup tertarik dengan tawaran itu. Hitung-hitung mengamati dan sebagai tambahan untuk skripsi yang akan disusunnya. Liona akhirnya memutuskan untuk menunggu dan melihat kegiatan mereka.
Sampai waktu pelajaran usai. Siswa-siswa bergegas pulang. Di sudut lain beberapa siswa bersiap-siap memasuki ruangan. Liona perlahan menuju ruangan itu.
Tampak beberapa anak yang sedang berkumpul. Samar terdengar mereka sedang membahas sesuatu. Ternyata Liona tak salah dengan, mereka benar-benar sedang membahas sesuatu. Oo ya lupa..beberapa anak ini tergabung dalam suatu kelompok belajar tambahan khusus untuk mata pelajaran Matematika. Kelompok ini ingin mengadakan perkemahan.
Begitu riuh diskusi siang itu. Tapi Liona tidak melihat ada yang membimbing dan mendampingi mereka. “loh..put..mana Pembina kalian. Kok diskusinya Cuma kalian aja. Harusnya kan kalian di dampingi. Gak mungkinkan kalian mengadakan kegiatan ini sendiri. Ntar kepala sekolah gak kasih ijin loh” Tanya sekaligus saran Liona sebagai alumni dari sekolah itu.
“oo..itu kak..bapaknya lagi ada acara..jadi sekarang kami masih bahas apa aja yang akan dilakukan dalam kegiatan sekaligus pembentukan panitia.. rencananya sih kegiatan ini bakal dilaksanakan hari sabtu ini. Tapi proposalnya belum diserahkan ke kepala sekolah. Tapi.. bapak Pembina sudah coba membicarakan dan meminta izin langsung kepada kepada sekolah.. Kepada sekolah sih gak setuju. Alasannya karena waktunya udah dekat dengan ujian.. padahal khan masih seminggu lagi kami ujian. Kalo kata Pembina sih..kegiatan ini akan tetap dilaksanakan dengan atau tanpa izin dari kepala sekolah. dan Insya Allah hari sabtu nanti dilaksanakan di Lapangan pelajar. Kakak datang yah.. disana kakak kan juga bisa nyebarin angket ini, malah bisa cepet di ambilnya kan. Gimana kak..mau khan..temeni kami yah..sekalian kenal dengan Pembina kami juga..pembina kami lumayan loh..” jelas dan ajakan Putri sambil tersenyum simpul. Mendengar semua penjelasan itu, akhirnya Liona menyetujui untuk hadir pada kegiatan mereka sabtu esok. “oke deh…besok kakak datang..tapi agak sore yah..”
=========
Hari ini saatnya Liona berangkat ke Kampus. Seperti biasanya mencari info terbaru di kampus. Tidak hanya informasi yang ia cari, Liona juga ingin mencari bahan-bahan untuk menambah dan melengkapi skripsinya. Yups…seperti temannya yang lain, Liona juga berburu setumpuk buku untuk ia jadikan referensi. Lebih dari lima buku yang telah ia dapatkan. Satu per satu ia baca. Dasar Liona..membaca buku-buku yang berisi teori membuatnya mengantuk. Giliran novel.. satu harian bisa ia habis kan untuk membaca novel.
Cukup lama Liona membaca-baca buku di perpustakaan. Waktunya Liona untuk menghadiri kegiatan siswa-siwa sekolah itu.
Liona pun bergegas berangkat menuju lokasi perkemahan itu. Sepanjang jalan Liona ingat ini kali pertama ia akan bertemu dengan Pembina mereka. Liona sedikit gugup, Pembina mereka adalah termasuk yang baru mengajar di sekolah itu. Jadi…Liona belum tau seperti apa karakter guru itu. Liona khawatir akan mengganggu jalannya kegiatan mereka, ditambah perasaan takut kalau Pembina mereka tidak menyukai kedatangan Liona.
Bebek kesayangannya hampir mendekati lokasi perkemahan itu. Dari kejauhan tampak anak-anak telah berkumpul. Hati Liona semakin deg-degan. Di kejauhan ia perhatikan. Mungkin saja terlihat sosok Pembina itu. Sambil terus melajukan bebek kesayangannya Liona tidak melihat ada sosok lain kecuali para siswa yang sibuk membersihkan lokasi perkemahan itu.
Akhirnya Liona sampai disana. ia parkirkan motornya di sebelah kiri lapangan. Liona pun menghampiri siswa-siswa itu. Ia perhatikan sekeliling tempat itu, tak sosok pria dewasa yang mendampingi mereka. Liona tak mengerti mengapa tidak ada Pembina yang mendampingi mereka. Rasa penasaran Liona mendorongnya untuk bertanya pada ketua pelaksanaan kegiatan itu “dek..pembina kalian kemana..kok gak keliatan?”.
“pembinanya lagi ikut pertandingan takraw kak…ntar dia nyusul kesini” ujar Dedek selaku ketua kegiatan. “tapi sebelumnya dia udah kesini khan..?” Tanya Liona kembali. “belum kak..katanya selesai tanding baru dia kesini sekalian bawain air galon untuk kami.” Jelas Dedek. Mendengar penjelasan itu pikiran Liona menjadi bertambah tak habis pikir. Liona kesal melihat cara Pembina itu. Bagi Liona seharusnya Pembina menge-cek dulu keadaan peserta kemping saat itu. Ini malah ngurusin kegiatan lain. Seolah-olah dia gak bertanggung jawab. “nah..trus..kalian kemping di tempat ini..udah minta izin warga setempat..?” Liona memastikan. “belum juga kak..” jawab ketua. LIona semakin geram mendengarnya. Benar-benar nggak ada persiapan pikir Liona. Bersama ketua Liona menatangi salah satu rumah untuk meminta izin penggunaan tempat itu.
Usai meminta izin liona membantu anak-anak mendirikan tenda. Namun perasaan Liona masih diselimuti kekesalan terhadap sikap Pembina mereka. Liona tak sabar untuk bertemu langsung dengan Pembina itu.
Cukup lama Liona berada disana. mentari juga hampir kembali ke peraduannya. Tapi lagi-lagi Pembina belum hadir disana. rasa kesal Liona semakin memucak, ingin rasanya Liona marah pada Pembina itu. Liona bahkan sempat mengutarakan kekesalannya pada Putri. Beberapa kali Liona menghubungi Pembina itu agar segera datang. Namun hanya jawaban “iya” yang ia dapatkan.
Sembari menunggu kehadiran Pembina, Liona membantu para siswi mempersiapkan makan malam mereka. Waktu terus berjalan dan masakanpun sudah hampir matang. Langit jua semakin gelap. Hanya ada lilin dan lampu emerjensi yang menjadi penerang. Semua terlihat samar-samar bagi Liona. Adzan maghrib pun telah berkumandang. Para siswa bergantian melaksanakan shalat maghrib. Namun Tak berapa lama dari ujung lapangan terlihat cahaya lampu motor.
Ada satu motor yang menuju lapanan itu. Dalam benak Liona menerka-nerka sosok siapa yang datang itu. Beberapa murid ada yang berteriak-teriak “wwwoooiiii…bapak datang..bapak datang..”. sontak teriakan tadi membuat Liona yang sedang menggoreng ikan sarden tersentak.
Liona pun menoleh kebelakang dengan emosi dan ingi marah-marah pada Pembina itu. Namun saat mata Liona tersorot pada sosok itu, ia menjadi diam yang bergeming. Liona malah menjadi deg-degan. Dilihatnya pria muda dengan tubuh yang sedikit kurus, mengenakan kacamata berjalan menghampiri para siswa. Pria itu berjalan semakin dekat. Jantung pun Liona semakin berdetak. “seorang guru muda..gak ada tampang gurunya deh” benaknya seraya senyum simpul pada dirinya sendiri. Liona terperangah, Karena sosok Pembina yang ia liat berbeda dengan yang ia pikir. Sebelumnya ia membayangkan sosok pria setengah baya yang gendut dan terlihat serius dan garang. Benar-benar berbeda dengan sosok pria yang ia lihat itu. Niat Liona untuk marah pun menjadi hilang seketika. Hanya perasaan simpatik yang menyelimutinya kini.

KU PERNAH MENJADI KAU

Tak ada yang salah,jika kau menangis karenanya..
Menangis saat kau kehilangan cintanya…
Tapi kemudian jangan kau menjadi lara tanpanya…
Melemahkan dirimu di hadapan semua orang..
Menjatuhkanmu pada lembah kenistaan…
Mungkin kau menganggapku tak mengerti apa yang kau rasakan…
Kau salah..dulu ku pernah diposisimu..
Jatuh…dan seolah lemah tanpa cintanya…
Tapi seketika aku tersadar…
Semua tak berguna…
Ku yang terlihat lemah tak membuatnya kembali..
Tangis tak membuatnya luluh melihatku…
Itu malah membuatku terlihat bodoh…
Dan membuatnya semakin bangga….
Ini yang kemudian membuatku bangkit..
Ku tak ingin melihat ia terus menertawakan kebodohanku..
Menertawakan kelemahanku..
Ku ingin ia tau bahwa aku lebih tegar dari apa yang ia fikirkan….
Lebih baik setelah ia tinggalkan..
Tanpa membencinya…
Dan tanpa harus melupakannya..
(Mei’10)

Dia yang Fana, Malah untuk-Ku

Masih terlukis jelas saat pertama ia masuk ke dalam cerita hidupku. Bermula oleh rasa heran dan ketidakpercayaanku bahkan rasa benciku padanya. Ku ingat saat itu ia masih bersama dengan teman dekatku, sebut saja namanya dengan “echa”. Hampir setiap hari aku mendengar keluh-kesah tentang pria yang saat itu dekat dengannya. Ia yang menurut echa terlalu emosional dan over protektif. Entah mengapa keluhan itu membuat aku begitu membencinya.

“Pria macam apa itu..???” ungkapku dalam hati.

Pernyataan yang sama pernah ku lontarkan pada echa. Namun jawaban dan cerita tentang pria itu tidak pernah pasti dan sepenuhnya aku dapat. Sepertinya ia tidak ingin terlalu terbuka padaku. Yah, dulu echa pernah trauma saat sahabat dekatnya sebut saja “kiki” mendekati dan malah sempat menjadi milik pria itu. “ya sudahlah, toh itu bukan urusanku” ucap benakku. Aku tidak mau terlalu mencampuri kehidupan nya. Aku paham betul akan trauma itu. Aku hanya ingin menghiburnya. Aku tau echa membutuhkan itu. Hari demi hari ku dengarkan semua kisah echa.
Tiba-tiba muncul rasa penasaran yang begitu hebat. Entah datang darimana perasaan itu.

Aku seolah begitu mengenal pria itu. Tapi tak mungkin. Echa saja tak pernah bertemu dengannya. Yah…pria itu maya. Mereka hanya berkenalan dalam dunia maya. Rasa penasaran itu semakin membayangiku. Mengapa aku begitu ingin tahu tentangnya. Aku benar-benar merasa begitu dekat dengannya. Mungkin lebih dekat dari apa yang echa rasakan. “aneh…” fikirku. Seolah menertawakan diriku sendiri, hal mustahil dan orang lainpun mungkin tak pernah merasakan hal seperti ini.

Berhari-hari ku rasakan hal yang sama. Entah suatu kebetulan atau tidak hari itu aku bisa berbicara dengannya. Cukup lama kami berbincang. Aku bahkan sempat tidak memperdulikan ekspresi echa yang cemburu melihatku. Obrolan pertama itu begitu menyenangkan bagiku. Seperti mendapat kado yang tidak diharapkan. Pria itu membuatku selalu mengingatnya. Aku semakin merasa dekat dengannya.

Lepas dari apa yang aku rasakan hubungan echa dan pria itu terlihat baik-baik saja. Aku tidak terlalu mengetahui apa yang terjadi pada mereka. Jelas itu semua karena aku tidak begitu mengikuti cerita mereka. Penasaran dan ingin berbincang dengannya kembali menyelimutiku. Tapi echa tidak pernah memberiku dan pria itu kesempatan untuk berbincang lagi. Satu hari echa memintaku menemaninya ke kampusku. Ia mendaftarkan diri sebagai calon mahasiswa baru di kampusku. Dalam perjalanan sepulang mendaftarkannya, suatu yang menurutku bukan kebetulan, tanpa disengaja echa menitipkan telepon genggamnya padaku, karena ia yang memboncengku.

Hingga…. entah syetan mana yang merasukiku, tiba-tiba perlahan aku lihat-lihat setiap nomor telepon yang ada dalam phonebooknya. Sampai dipertengahan aku menemukan nomor telepon pria itu. Cepat ku simpan nomor itu di telepon genggamku. Seperti kancil yang maling sayur disebuah kebun aku bergegas menyimpan telepon genggam milik echa di saku-ku. Jantungku berdebar. Aku begitu takut, takut echa tau bahwa aku telah membongkar isi telepon genggamnya. Kulihat ke arah echa, tidak ada raut yang mencurigakan darinya. “ha…leganya…” benakku.

Sesampainya dirumah, seperti biasa aku langsung rebah diatas tempat tidurku. Tempat tidur double dengan ukurun nomor 2. Ku ambil telepon genggam dari saku celanaku. Tak ada lain hanya nomor pria itu yang aku perhatikan. “duh….gimana yah caranya…pulsa ku koit nih…” gumamku. Keberuntungan sepertinya belum berpihak padaku saat itu, padahal aku berharap bisa mendengar suaranya.

Ting…seperti bola lampu yang tiba-tiba menyala, ide cemerlang terlintas dikepalaku. Ku coba untuk mengirimkan pesan “call me” pada pria itu. Dua kali kucoba mengirimkan pesan itu. Kuterima balasan dari operator bahwa pesanku telah terkirim. Terus ku genggam telepon itu, berharap ada dering dan getar dari panggilan masuk.

Malampun semakin larut, tak ada satupun panggilan masuk yang mengarah ke telepon genggamku. “hmmmm…..mungkin dia tidak perduli…coz itu kan nomor baru yang ia tidak tau itu nomor siapa… ya udah deh…” gumamku kembali. Kelopak mataku juga sudah mendukung kantuk dan membawaku tidur.

Sore ini echa menjemputku untuk jogging seperti biasanya. Namanya aja yang jogging, tapi sampe di sport center bukannya jogging kami malah cuci mata. Maklum banyak cowok-cowok yang berolah raga sore disitu. Hari itu aku memang lebih banyak termenung dan diam. Aku sendiri tidak mengerti, yang jelas dikepalaku rasa penasaran itu terus menghantui.

Selesai jogging echa mentraktirku makan bakso. Yo’i..makanan favoritku tuh. Sampe di tempat bakso pria itu menelepon echa. “huuuhh….pengen deh ngobrol dengannya” ucapku kesal dalam hati. Aku benar-benar aneh yah. Nggak ada ujan nggak ada badai bisa penasaran sama orang yang belum kenal sama sekali.

Ops…tiba-tiba echa memberikan telepon genggamnya padaku. “nih, dia mau ngobrol sama kamu” ucapnya rada-rada kesal sambil menyodorkan telepon itu padaku. “cihuy…akhirnya aku bisa ngobrol lagi dengannya” sorakku dihati. “loh…emang mo ngomong apa” tanyaku dengan ekspresi berpura-pura bingung. Echa hanya membalasnya dengan gelengan kepala yang masa bodoh. Ku terima telepon itu. Obrolanpun berlangsung cukup lama. Perasaan senang hinggap dihati, sampe-sampe bakso yang biasanya cepat aku habiskan, saat itu hanya satu sendok yang masuk kedalam perutku. Obrolan dengan pria itu membuatku kenyang. Dan untuk kedua kalinya aku melihat echa sedikit kesal saat aku tersenyum-senyum waktu berbincang dengan pria itu. Echapun menyelesaikan suapan bakso itu dengan cepat. Buru-buru membayar dua porsi bakso itu dan bergegas mengajakku pulang. Dalam perjalanan pulang kubisikan bahwa aku mengirim pesan “call me” untuknya, kusebutkan nomor telepon genggamku dan kukatakan alasanku tak bisa meneleponnya karena tak ada pulsa. Segera ku tutup panggilan dan memberikan telepon genggam itu pada echa. “ngomong apa dia” Tanya echa. “nggak ada yang penting kok. Cuma Tanya-tanya tentang kamu aja dan aku jawab seperti yang kamu bilang juga..udah just it..” jawabku.

Sampai juga dirumah, mandi trus masuk kamar lagi. Lagi-lagi malam itu aku berharap pria itu akan meneleponku. Satu jam berlalu…tak ada panggilan masuk yang kuterima. Dua jam juga telah berlalu…tetap tidak ada panggilan masuk…. Hingga hampir tiga jam aku memperhatikan telepon genggamku, dan…ada dering dan getar panggilan masuk. Cepat kuraih telepon itu, kulihat disitu tertulis namanya. Yah..disitu tertulis nama “jati” itu panggilannya. Begitu senangnya, ia akhirnya menghubungi nomorku langsung. Saat itu ku tahu bahwa dia baru saja selesai menghubungi echa. Sedikit rasa cemburu bergantung dalam hatiku. Tapi….aku bukan-siapa-siapa.

Malam itu kami mebahas banyak hal termasuk tentang hubungannya dengan echa. Malam itu juga aku baru tahu bahwa ia tidak berpacaran dengan echa. Ia masih belum dapat melepaskan echa karena ia tidak ingin menyakiti hatinya. Ia menganggap echa seperti sodara perempuannya. Ia juga tahu bahwa echa telah banyak berbuat baik untuknya.

Perbincangan demi perbincangan berlangsung malam itu. Tak terasa sudah jam 3 pagi. Aku juga sudah benar-benar ngantuk, ia juga menyuruhku tidur. Akhirnya perbincangan itu kami akhiri.

Malam itu membuat perasaan ku semakin peka kepadanya. Rasa penasaran itu kini berganti sayang. Aku semakin tidak mengerti mengapa aku menjadi seperti ini. Tak masuk di akal aku bisa menyayanginya, ia tak pernah berbuat baik apapun padaku. Tapi aku benar-benar menyayangi pria itu.

Malam ini 04 September 2006 ia kembali meneleponku. Tapi kali ini aku tak mampu banyak berbicara. Aku merasakan perasaan yang semakin besar kepadanya. Aku lebih banyak diam. Malam itu ia juga merasakan ada yang aneh denganku. Ia bertanya ada apa denganku. Aku hanya mampu diam. Kepala dan hatiku benar-benar berkecamuk. Aku semakin tidak mampu mengontrol perasaan ini. Aku ingin bersamanya. Namun ku ingat echa yang masih menaruh perasaan padanya. Hanya diam dan diam… Sampai pada akhirnya airmataku jatuh. Entah kenapa butiran banyu itu terjatuh. Namun di sudut lain sepertinya pria itu tau apa yang aku rasakan, seoleh bisa membaca pikiranku. Tiba-tiba ia mengucapkan “kamu mau nggak jadi pacar aku”. Sontak aku terkejut dan semakin terdiam. Airmata yang tadi berderai jatuh berhenti seketika. “apa maksud kamu..” tanyaku tak mengerti.

Entah itu gombalan atau rayuan yang mengatakan ia menyukaiku, aku tak tahu lagi. Dibenakku bayangan echa terlintas. Aku tak dapat membayangkan bagaimana perasaan echa saat tahu bahwa aku sekarang bersama pria yang ia cintai. Ku sampaikan semua yang ada dipikiranku tentang echa padanya. Pada akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan hubungan ini, tanpa sepengetahuan echa. Mungkin seluruh dunia akan menyalahkan aku. Aku telah mengkhianati temanku. Namun aku tak dapat membohongi hati yang telah menyayangi pria itu. Aku telah jatuh hati padanya.

Seminggu sudah kami menjalani hubungan ini. Echa tak tahu bahwa kami telah bersama. Hampir setiap hari kami berbincang dan berdiskusi berbagai hal via telepon. Walaupun ku tahu sebelumnya ia lebih dulu menelepon echa. Ku tahan semua cemburu. Apakah itu cinta buta, aku tetap dengan ikhlas menjadi orang kedua yang ia hubungi. Hari kian hari berlalu via telepon atau via sms kami berkomunikasi. Tapi masih ada sedikit beban dan itu tentang echa yang masih ada dibenakku. Namun hal itu tidak begitu menganggu pikiranku. Aku hanya ingin menjalani hidupku apa adanya.
Sampai suatu ketika, aku berencana untuk menjual telepon genggamku. Aku ingin membeli telepon genggam dengan model yang lebih baru. Tak dinyana, abang sepupu echa membutuhkan telepon genggam. Tapi abangnya ingin melihat dulu kualitas telepon genggamku. Echa datang menemuiku dirumah, setelah menjelaskan maksudnya. Aku dan echa akhirnya bertukar telepon genggam. Sejenak setelah echa membawa telepon itu aku teringat bahwa semua pesanku dan pria itu belum di delete. “kacau…” pikirku.

Sepanjang malam aku memikirkan hal ini. Aku tak dapat membayangkan wajah echa yang marah kepadaku. Malam itu aku juga menceritakan semua pada pria yang telah menjadi kekasihku. “pantas aja echa tadi sedikit aneh, dia agak menginterogasi gitu…” ujarnya padaku, bercerita saat ia menepon echa sebelumnya. Bingung dan lelah memikirkan apa yang terjadi dengan echa, membuat kami akhirnya tertidur.

Hari kemudian berganti. Masih pagi echa sudah datang ke rumahku. Ketakutan dan apa yang aku pikirankan seperti menjadi kenyataan. Masih dengan ekspresi yang baik-baik saja echa menjelaskan bahwa teleponku jadi dibeli. Sambil menyerahkan uang, echa juga meminta kembali telepon genggamnya. Kemudian ia segera pulang, diluar dia memanggilku. “nes, aku tahu dia sekarang sama kamu khan…?” tanyanya dengan raut yang sedikit kecewa kepadaku. “nggak cha…kalau kamu mau aku bisa putusin dia..” jawabku.

Aku dapat melihat ia kecewa denganku. “udahlah nggak pa-pa kok..aku pulang yah..” ucapnya sedikit serak, kulihat cairan bening itu disudut matanya. Ia pun menjalankan motornya meninggalkanku. Betapa kalutnya aku saat itu. Perasaan bersalah semakin menyelimutiku. Aku telah mengahncurkan perasaan echa. Aku semakin bingung. Segera ku ceritakan semua pada kekasihku. Ia menyabarkanku. Ia memastikan masalah ini akan selesai. Ku turuti semua anjurannya.

Seperti biasanya malam ini ia meneleponku. Ia telah menjelaskan semua pada echa. Dari ceritanya echa marah dan merasa tidak menerima hubungan kami. Entah aku tidah begitu tahu apa yang ia katakan pada echa. Tapi aku mempercayainya untuk menyelesaikan masalah ini. Kemudian ia menyampaikan saran padaku. Kami berpura-pura putus di depan echa. Aku menurutinya walaupun sedikit kurang setuju dengan saran itu. Aku tidak mau masalah ini menjadi berlarut-larut.
Keesokan hari aku jalan ke kampus bersama echa. Diperjalan kekasihku mengirimkan pesan yang menyatakan kami putus. Sempat aku terlupa bahwa itu hanya berpura-pura, aku sontak sedih dan airmatakupun tiba-tiba jatuh di pipiku, namun aku kembali ingat itu bukan yang sebenarnya. Echa menatapku curiga dan iapun bertanya “sapa yang sms…?dia yah…?kenapa…?”. Ku katakan bahwa kami telah putus. Suaruku serak saat melontarkan pernyataan itu. Aku tak sanggup jika itu menjadi nyata. Saat perjalanan pulangpun echa kembali bertanya “kenapa harus putus”. Ku jawab “aku lebih pilih kamu cha…aku nggak mau menyakiti hati kamu…”. Tiba-tiba ban motor echa bocor, kami akhirnya berhenti di tukang tambal ban. Aku duduk dipinggir jalan menunggu. Aku diam dan tidak memperdulikan apa yang echa lakukan. Aku terlihat kacau, diam dan termenung tak tentu arah. Mungkin echa melihat ke-diamanku. Ia mendekatiku. “nes…kamu benar-benar sudah sayang dia yah…kok bisa sih…”. Ku jawab lirih “aku nggak tau cha..aku nggak tahu …aku merasa kehilangannya” sempat aku teteskan butiran bening itu. “aku nggak mau kamu sakit cha….semua aku lakukan untuk kamu..” jelasku lagi. Echa hanya hanya terdiam mendengarkanku. Aku tak tahu apa yang ia pikir tentangku.

Mulai saat itu, aku sedikit lebih diam. Terutama saat bersama echa. Hubunganku dengan kekasih memang baik-baik saja. Tapi kurasakan beban yang teramat berat. Aku selalu ingat echa. Aku selalu dihantui rasa bersalah. Aku rasa aku tak kuat lagi. Tapi aku tak sanggung jika harus menjelaskan semua pada echa. Hanya ada 2 jalan. Aku benar-benar putus atau ku pinta kekasihku untuk menjelaskan semua pada echa dan berhenti berhubungan dengan echa.

Ku katakan maksudku pada kekasihku. Akhirnya ia setuju untuk menjelaskan semua pada echa malam itu. Kemudian ia meneleponku dan mengatakan bahwa ia telah menjelaskan semua pada echa. Hatiku lega. “tapi gimana reaksinya…” tanyaku penasaran. “Echa sudah paham kok dan tahu. Dia bisa terima kita” jelasnya. “Alhamdulillah..” syukurku. Seolah mendapatkan kekuatan lagi. aku begitu lega bisa menjalani hubungan tanpa beban apapun. Cuma pengertian dari echa yang aku butuhkan. Aku tak mau hidupku dihantui rasa bersalah padanya.

Aku dan echa sering bertemu dikampus. Kami seperti biasa tetap berteguran. Namun kini ia sibuk dengan kuliahnya. Sampai suatu ketika ia berulang tahun. Aku diundang ke rumahnya. Ku bawakan ia kado beratas namakan aku dan kekasihku serta sebuah kartu ucapan yang berisikan ucapan selamat dan terima kasih telah menerima hubunganku.
Selanjutnya waktu terus berjalan. Tiba-tiba perasaanku tidak enak, aku merasa kekasihku kembali berhubungan dengan echa. Ku pastikan dengan bertanya padanya. Entah mungkin karena benar atau tidak bisa berbohong lagi. ia jelaskan bahwa ia masih sering berhubungan dengan echa. Marah bercampur sedih. Aku seolah-olah menjadi orang yang paling bodoh sedunia. Semenjak itu ia tak lagi berani menghubungi echa tanpa sepengetahuanku.

Entah darimana lagi persoalan kembali muncul. Kini echa yang memulai menghubunginya. Berulang-ulang masalah yang hampir sama datang, aku merasa hidupku tidak pernah tenang. Dan pada akhirnya echa justru membuatku kesal dan kamipun bertengkar. Kini aku dan echa tak lagi berbaikkan. Aku masih tak habis pikir dengan apa yang terjadi. Aku selalu berusaha baik pada echa, tapi dia tidak pernah menghargai semua itu. Padahal aku tak pernah berharap sedikitpun untuk menyakiti hatinya.
Namun terlepas dari permasalahan itu, kini hubunganku dan kekasihku berjalan lebih baik. Hampir empat tahun sudah aku jalan bersamanya. Banyak kisah yang telah aku toreh bersama dengannya. Tak jarang obrolan yang awalnya berniat untuk diskusi malah berujung pada pertengkaran. Selalu saja ada perbedaan dalam pemikiran kami. Tapi itu tak bukan masalah untuk kami. Justru karena perbedaan, aku dapat mengerti dan memahaminya.

Banyak orang yang menyangsikan kehadirannya untukku. “kok mau sih nes…kamu belum pernah ketemu, gimana kalo tiba-tiba ketemu orangnya…eh…matanya buta…atau nggak ada kakinya…hayo…kamu mau...” Celetukkan banyak orang tentangnya. Mereka hanya menganggap bahwa aku seperti hidup dengan bayang-bayang. Semua orang hanya tertawa dan mencibir dengan apa yang telah aku jalani. Hanya senyum dan sedikit penjelasan bahwa aku mempercayai hatiku untuk membalas pertanyaan dan pernyataan mereka. Aku mempertahankan sesuatu yang menurut orang itu mustahil. Tapi ini lah aku. AKU MENCINTAINYA setulus hatiku.

Aku berharap mimpi yang kini masih menjadi mimpiku di ridhoi yang Maha Kuasa. Ridho-Nya yang membuat aku semakin menyayanginya. Kuasa-Nya juga yang membawa perjalananku sejauh ini. Sejuta asa telah aku tulis untuknya. Sampai saat ini aku bahagia menjalani hidup bersamanya. Hanya dia yang dapat mengerti kekanakanku. Sikap manjaku yang terkadang malah membuatnya marah. Aku suka tersenyum melihatnya marah padaku. Dia yang FANA malah NYATA untukku.

*I LOVE U*