followers

Selasa, 15 Februari 2011

LIONA KINI... (part 1)

Kini Liona tak tau, mengapa semua jadi seperi ini….
=========
“dua minggu lagi, saya harap semua outline sudah ada dimeja saya” ucap dosen sekaligus kepala jurusan menegaskan kembali kewajiban akhir yang harus dipenuhi semua mahasiswa.
“eh..yo…gimana..dah punya rencana mo nulis apa??” bisik Feby yang kini menjadi teman terdekat Liona. “by..masih bingung yo…nggak tau mo nulis apa…. mmmm…menurut kamu enaknya nulis tentang apa yah ?” tanya feby kembali.
Sambil melangkah keluar ruangan Liona menjawabnya “aku sih kayaknya melanjutkan topik yang dulu aja…masih ada beberapa topik lagi sih yang kayaknya bagus untuk di teliti. Tapi aku nggak tau kamu suka apa nggak…”
“eh…kita duduk disini dulu yuk…” ajak liona sembari duduk di teras dekat parkiran kampus. “emang tentang apa yo..?” feby kembali bertanya. “temen-temen yang lain kan sudah banyak yang membahas tentang komunikasi interpersonal, politik dan pemasaran… nah…aku punya satu topik yang menurutku cukup bagus utk dibahas..itu loh tentang etnis tionghoa…gimana kalo kamu membahas tentang itu aja..???” jelas liona
Diskusi terus berjalan…
Tak terasa sindrom lapar melanda keduanya. “kok aku laper ya by…maem soto yuk…” ajak liona.
Keduanyapun melangkahkan kaki menuju kantin depan kampus. Dan seperti biasa liona dengan gayanya yang bawel mulai memesan soto favoritnya. Pesanan datang, keduanya pun menikmati.
Setelah selesai makan keduanya kembali menuju kampus dan bersiap-siap pulang. Seperti biasa dengan bebek kesayangannya liona mengantarkan feby hingga depan pusat perbelanjaan. Sesampainya di tempat itu keduanya berpisah…
=========
Hari-hari terus berjalan. Liona sibuk dengan outline yang kejar tayang itu. Tak hanya sibuk dengan outlinenya. Liona juga disibukkan dengan beberapa pesanan teman-teman yang tak sempat mengerjakan outline-outline mereka. Tiga hari liona terpaksa begadang mengerjakan tugas-tugas tersebut. itu sudah menjadi kebiasaan liona. Mencari tambahan uang saku dari mengerjakan tugas-tugas temannya. Maklumlah kampusnya tempat berkumpul orang-orang yang telah bekerja. Jadi banyak dari meraka yang tidak sempat mengerjakan tugasnya. Walaupun demikian liona menikmati pekerjaan itu.
Akhir pekanpun datang, waktunya liona kembali menuju kampus. Yah, liona adalah mahasiswi ekstensi disalah satu universitas swasta jurusan ilmu komunikasi, karena itu jadwal kuliahnya hanya sabtu dan minggu.
Hari ini semua mahasiswa sibuk mengumpulkan outline. Outline-outline ini yang akan diseleksi mana yang pantas untuk dilanjutkan. Dan Alhamdulillah…outline liona lolos. Namanya tertera dalam daftar mahasiswa yang akan menyusun skripsi pada semester itu.
Daftar itu tertempel jelas di papan pengumunan jurusan. Yah..namanya ada pada urutan kesembilan. Membaca pengumun itu, lionapun bergegas masuk ke dalam ruangan kajur utk mengambil kembali outlinenya.
“eh…mbak liona..” sapa kajur yang sekaligus dosennya. Sapaan itu biasa diucapkan kajur pada semua mahasiswinya. Maklumlah ia berdarah jawa, umurnya juga masih muda.
“ini loh mbak outlinenya. Dilanjutkan sesuai dengan buku panduan yah…kalo ada yang tidak di mengerti..temui atau hubungi saya saja yah” jelas kajur pada liona. “saya tunggu seminggu lagi yah. Kalo sudah selasai kumpulkan pada saya dulu. Ntar saya koreksi, tiga hari lagi lia pengumuman siapa aja dosen pembimbing masing-masing mahasiswa yah…oh ya… jangan lupa kasih tau temen-temen yang lain untuk menemui saya hari ini..oke…” liona menganggung-angguk menanggapi setiap ucapan kajurnya. “baik bu…yo permisi dulu yah…makasih ya bu…” ujar liona sambil tersenyum.
Senang dan optimis menyelimuti liona sekeluar dari ruangan kajur. Akhirnya topik itu dilanjutkan menjadi sebuah proposal penelitian. Oh…yah….saat itu liona hendak meneliti mengenai hubungan interpersonal guru yang mampu meningkatkan minat belajar siswa. Entah mengapa liona memilih topik itu. Yang jelas saat memilih topik tersebut liona sedang tertarik-tertariknya akan dunia pendidikan. Sementara itu yang akan menjadi objek yang akan diteliti liona adalah sekolah menengah pertama dimana liona dulu bersekolah. Ada banyak pertimbangan yang membuat lionan memutuskan untuk melakukan penelitian disana.
Penulisan proposal terus berjalan. Semua administrasi telah diselesaikan, dan tentunya liona telah mengkonfirmasi pihak sekolah. Semua berjalan lancar dan tiada hambatan. Proposal siap disidangkan. Dan……bravo…!!! Liona sukses menjalani sidang.
“huufffttt…. akhirnya…… tahap pertama lancar, go... go... go... liona… lanjutkan perjuangan… !!!!” ucap liona dalam hati dengan begitu optimisnya.
=========
Hari pertama liona melakukan penelitian. Semua angket yang telah ia persiapkan akan ia bagikan. Ia juga bersiap-siap berangkat. “Tapi……gimana yah enaknya…” Tanya dalam benaknya. Liona sedikit bingung bagaimana cara membagikan angket itu, ia tak ingin siswa dan guru terganggu dengan kedatangannya. Sejenak ia berpikir. Dan….. “okey...lets go liona..good luck” semangatnya dalam hati.
Sesampainya di sekolah liona bergegas menemui kepala sekolah untuk memberi konfirmasi bahwa mulai hari ini ia akan mulai penelitian itu. Kepala sekolah yang sama saat liona menjalani pendidikan disana. Karena itulah liona cukup dekat dan akrab dengan sekolah itu.
Usai berbincang dengan kepala sekolah, liona disarankan untuk menemui bapak wizam. Ia yang akan membantu liona dalam penelitian ini. Pak wizam adalah guru yang mengajar olahraga dan juga wakil kepala sekolah bidang kesiswaan disekolah itu. Liona juga sudah menganggap pak wizam seperti ayahnya sendiri.
Pak wizam mengantarkan liona menemui Pembina OSIS. Saat itu Pembina OSIS adalah ibu Khairunisa. Liona pun menjelaskan semua maksud dan tujuan kedatangannya. “gimana kalo angket untuk para guru yo titip sama ibu. Biar nanti ibu saja yang membagikannya. Satu minggu lagi yo ambil ya bu…” jelas liona pada bu nisa. “ooh..ya bu..yo juga mau menyebarkan angket ini ke beberapa siswa. Yo bisa minta bantu siapa ya bu..??” Tanya liona.
“nah..kalo untuk siswa liona biasa di bantu ketua osis atau sekretarisnya..sebentar ibu panggilkan orangnya yah..” kata bu nisa.
Liona pun bertemu dengan keduanya. Berhubung sekretaris osis saat itu adalah wanita sebut saja namanya “putri”, Liona pun mempercayakan angket tersebut kepadanya. Sedikit perbincangan terjadi antara mereka berdua. Liona bertanya-tanya tentang keadaan sekolah saat itu. Juga kegiatan-kegiatan yang sering mereka lakukan di sekolah. Putri juga memberikan penjelasan yang cukup detail. Bahkan ia menawarkan pada Liona untuk melihat-lihat kegiatan yang akan ia ikuti selepas pelajaran nanti.
Liona cukup tertarik dengan tawaran itu. Hitung-hitung mengamati dan sebagai tambahan untuk skripsi yang akan disusunnya. Liona akhirnya memutuskan untuk menunggu dan melihat kegiatan mereka.
Sampai waktu pelajaran usai. Siswa-siswa bergegas pulang. Di sudut lain beberapa siswa bersiap-siap memasuki ruangan. Liona perlahan menuju ruangan itu.
Tampak beberapa anak yang sedang berkumpul. Samar terdengar mereka sedang membahas sesuatu. Ternyata Liona tak salah dengan, mereka benar-benar sedang membahas sesuatu. Oo ya lupa..beberapa anak ini tergabung dalam suatu kelompok belajar tambahan khusus untuk mata pelajaran Matematika. Kelompok ini ingin mengadakan perkemahan.
Begitu riuh diskusi siang itu. Tapi Liona tidak melihat ada yang membimbing dan mendampingi mereka. “loh..put..mana Pembina kalian. Kok diskusinya Cuma kalian aja. Harusnya kan kalian di dampingi. Gak mungkinkan kalian mengadakan kegiatan ini sendiri. Ntar kepala sekolah gak kasih ijin loh” Tanya sekaligus saran Liona sebagai alumni dari sekolah itu.
“oo..itu kak..bapaknya lagi ada acara..jadi sekarang kami masih bahas apa aja yang akan dilakukan dalam kegiatan sekaligus pembentukan panitia.. rencananya sih kegiatan ini bakal dilaksanakan hari sabtu ini. Tapi proposalnya belum diserahkan ke kepala sekolah. Tapi.. bapak Pembina sudah coba membicarakan dan meminta izin langsung kepada kepada sekolah.. Kepada sekolah sih gak setuju. Alasannya karena waktunya udah dekat dengan ujian.. padahal khan masih seminggu lagi kami ujian. Kalo kata Pembina sih..kegiatan ini akan tetap dilaksanakan dengan atau tanpa izin dari kepala sekolah. dan Insya Allah hari sabtu nanti dilaksanakan di Lapangan pelajar. Kakak datang yah.. disana kakak kan juga bisa nyebarin angket ini, malah bisa cepet di ambilnya kan. Gimana kak..mau khan..temeni kami yah..sekalian kenal dengan Pembina kami juga..pembina kami lumayan loh..” jelas dan ajakan Putri sambil tersenyum simpul. Mendengar semua penjelasan itu, akhirnya Liona menyetujui untuk hadir pada kegiatan mereka sabtu esok. “oke deh…besok kakak datang..tapi agak sore yah..”
=========
Hari ini saatnya Liona berangkat ke Kampus. Seperti biasanya mencari info terbaru di kampus. Tidak hanya informasi yang ia cari, Liona juga ingin mencari bahan-bahan untuk menambah dan melengkapi skripsinya. Yups…seperti temannya yang lain, Liona juga berburu setumpuk buku untuk ia jadikan referensi. Lebih dari lima buku yang telah ia dapatkan. Satu per satu ia baca. Dasar Liona..membaca buku-buku yang berisi teori membuatnya mengantuk. Giliran novel.. satu harian bisa ia habis kan untuk membaca novel.
Cukup lama Liona membaca-baca buku di perpustakaan. Waktunya Liona untuk menghadiri kegiatan siswa-siwa sekolah itu.
Liona pun bergegas berangkat menuju lokasi perkemahan itu. Sepanjang jalan Liona ingat ini kali pertama ia akan bertemu dengan Pembina mereka. Liona sedikit gugup, Pembina mereka adalah termasuk yang baru mengajar di sekolah itu. Jadi…Liona belum tau seperti apa karakter guru itu. Liona khawatir akan mengganggu jalannya kegiatan mereka, ditambah perasaan takut kalau Pembina mereka tidak menyukai kedatangan Liona.
Bebek kesayangannya hampir mendekati lokasi perkemahan itu. Dari kejauhan tampak anak-anak telah berkumpul. Hati Liona semakin deg-degan. Di kejauhan ia perhatikan. Mungkin saja terlihat sosok Pembina itu. Sambil terus melajukan bebek kesayangannya Liona tidak melihat ada sosok lain kecuali para siswa yang sibuk membersihkan lokasi perkemahan itu.
Akhirnya Liona sampai disana. ia parkirkan motornya di sebelah kiri lapangan. Liona pun menghampiri siswa-siswa itu. Ia perhatikan sekeliling tempat itu, tak sosok pria dewasa yang mendampingi mereka. Liona tak mengerti mengapa tidak ada Pembina yang mendampingi mereka. Rasa penasaran Liona mendorongnya untuk bertanya pada ketua pelaksanaan kegiatan itu “dek..pembina kalian kemana..kok gak keliatan?”.
“pembinanya lagi ikut pertandingan takraw kak…ntar dia nyusul kesini” ujar Dedek selaku ketua kegiatan. “tapi sebelumnya dia udah kesini khan..?” Tanya Liona kembali. “belum kak..katanya selesai tanding baru dia kesini sekalian bawain air galon untuk kami.” Jelas Dedek. Mendengar penjelasan itu pikiran Liona menjadi bertambah tak habis pikir. Liona kesal melihat cara Pembina itu. Bagi Liona seharusnya Pembina menge-cek dulu keadaan peserta kemping saat itu. Ini malah ngurusin kegiatan lain. Seolah-olah dia gak bertanggung jawab. “nah..trus..kalian kemping di tempat ini..udah minta izin warga setempat..?” Liona memastikan. “belum juga kak..” jawab ketua. LIona semakin geram mendengarnya. Benar-benar nggak ada persiapan pikir Liona. Bersama ketua Liona menatangi salah satu rumah untuk meminta izin penggunaan tempat itu.
Usai meminta izin liona membantu anak-anak mendirikan tenda. Namun perasaan Liona masih diselimuti kekesalan terhadap sikap Pembina mereka. Liona tak sabar untuk bertemu langsung dengan Pembina itu.
Cukup lama Liona berada disana. mentari juga hampir kembali ke peraduannya. Tapi lagi-lagi Pembina belum hadir disana. rasa kesal Liona semakin memucak, ingin rasanya Liona marah pada Pembina itu. Liona bahkan sempat mengutarakan kekesalannya pada Putri. Beberapa kali Liona menghubungi Pembina itu agar segera datang. Namun hanya jawaban “iya” yang ia dapatkan.
Sembari menunggu kehadiran Pembina, Liona membantu para siswi mempersiapkan makan malam mereka. Waktu terus berjalan dan masakanpun sudah hampir matang. Langit jua semakin gelap. Hanya ada lilin dan lampu emerjensi yang menjadi penerang. Semua terlihat samar-samar bagi Liona. Adzan maghrib pun telah berkumandang. Para siswa bergantian melaksanakan shalat maghrib. Namun Tak berapa lama dari ujung lapangan terlihat cahaya lampu motor.
Ada satu motor yang menuju lapanan itu. Dalam benak Liona menerka-nerka sosok siapa yang datang itu. Beberapa murid ada yang berteriak-teriak “wwwoooiiii…bapak datang..bapak datang..”. sontak teriakan tadi membuat Liona yang sedang menggoreng ikan sarden tersentak.
Liona pun menoleh kebelakang dengan emosi dan ingi marah-marah pada Pembina itu. Namun saat mata Liona tersorot pada sosok itu, ia menjadi diam yang bergeming. Liona malah menjadi deg-degan. Dilihatnya pria muda dengan tubuh yang sedikit kurus, mengenakan kacamata berjalan menghampiri para siswa. Pria itu berjalan semakin dekat. Jantung pun Liona semakin berdetak. “seorang guru muda..gak ada tampang gurunya deh” benaknya seraya senyum simpul pada dirinya sendiri. Liona terperangah, Karena sosok Pembina yang ia liat berbeda dengan yang ia pikir. Sebelumnya ia membayangkan sosok pria setengah baya yang gendut dan terlihat serius dan garang. Benar-benar berbeda dengan sosok pria yang ia lihat itu. Niat Liona untuk marah pun menjadi hilang seketika. Hanya perasaan simpatik yang menyelimutinya kini.

Tidak ada komentar: